Jika
tekanan waktu akan berpotensi membuat orang terjebak jebakan going solo dan hastiness, kebalikannya kelonggaran waktu akan membuat orang
terjebak pada jebakan pengambilan keputusan decision
dodging atau menghindar mengambil keputusan dan analysis paralysis atau tenggelam dalam analisa.
Kelonggaran
waktu bisa berarti dua hal, arti pertama bisa berarti waktu yang diberikan
untuk memberikan keputusan memang longgar atau panjang. Atau kelonggaran
waktu juga bisa berarti perasaan tidak
ada yang mendesak untuk segera mengambil keputusan.
Kelonggaran
waktu membuat orang mudah terjebak dalam jebakan decision dodging. Apalagi jika ditambah dengan kondisi dimana
keputusan yang akan dibuat berpengaruh pada banyak orang. Sadar dengan resiko
yang akan ditanggung dan dengan adanya kelonggaran waktu yang terjadi
berikutnya tentu saja mengelak mengambil keputusan atau decision dodging.
Tidak
hanya para Steadiness, namun
orang-orang dengan kepribadian lain akan cenderung terjebak dalam jebakan decision dodging saat mengalami situasi
medan peperangan seperti ini. Dengan jurus Tai Chi mereka mencoba mengalihkan
tanggungjawab pengambilan keputusan kepada orang lain.
Kelonggaran
waktu selain membuat jebakan decision dodging juga bisa menggali jebakan
pengambilan keputusan analysis paralysis.
Kelonggaran waktu seringkali dimanfaatkan seseorang untuk menganalisa masalah
secara berlebihan. Akhibatnya mereka terjebak dalam jebakan pengambilan
keputusan analysis paralysis
Mereka
mengerahkan dan menginvestasi banyak sekali resources
untuk menganalisa masalah secara berlebihan. Padahal putusan yang perlu dibuat
tidak lah sebegitu genting. Bahasa sederhananya, tidak sebanding antara
investasi resources yang digunakan
dengan keputusan atau hasil keputusan yang didapat. Investasi resources nya terlalu besar namun hasil
yang didapat hanya sedikit saja.
Layaknya
anekdot di Indonesia, masalah-masalah kecil dibesar-besarkan. Kebalikannya,
masalah yang seharusnya besar malah dikecilkan. Keputusan yang akan diambil
untuk menyelesaikan masalah kecil dibuat heboh dengan investasi resources yang berlebihan. Dibuatlah
panitia kerja atau Panja, dibuatlah panitia khusus atau Pansus.
Dengan
kepanitiaan yang ditunjuk oleh pemerintah, mereka pun bekerja sangat keras
untuk membuktikan bahwa mereka memang layak menjadi bagian di kepanitian
tersebut. Saling memperlihatkan kelebihannya,
saling menganalisa dari sudut pandang masing-masing. Akhirnya mereka
saling terjebak dalam jebakan analysis
paralysis. Seakan mereka tidak mereasa ada waktu yang membatasi kinerja
mereka.
Lihat
saja seberapa banyak Panja dan Pansus yang gagal memberikan keputusan terbaik
mereka karena terjebak analysis paralysis