Siapa Saya? Apakah kepribadian saya dominance,
influence, steadiness, atau compliance? Setiap kepribadian memiliki kelebihan
dan kekurangannya dalam pengambilan keputusan.
Jika seorang berkepribadian dominance atau sering juga disebut
kepribadian kholeris punya kecenderungan terjebak dalam jebakan pengambilan
keputusan going solo. Orang dengan
kepribadian influence juga punya
kecenderungan tersebak dalam pengambilan keputusan.
Kepribadian influence ditandakan dengan dua kecenderungan
“People
Oriented” dan “Extrovert”. Berkebalikan dengan kepribadian
dominance yang task oriented, kepribadian influence
atau sering juga dikenal sebagai sanguinis lebih berorientasi ke people.
Orang-orang dengan tipe kepribadian influence dengan kecenderungan people oriented mudah sekali dikenali
berada dikerumunan. Dengan kecenderungan people
oriented, orang-orang berkepribadian influence
senang sekali menjadi pusat perhatian di kerumunan.
Ditambah dengan potensi nya yang extrovert, orang-orang berkepribadian
influence sangat mudah menarik perhatian orang lain. Potensi extrovert nya
membuat mereka sangat membuka diri untuk berbicara.
Jika dikombinasikan kecenderungan extrovert dan
people oriented, maka orang-orang influence sangat membuka diri untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Bahan obrolan nya jika diperhatikan akan
berbeda dengan orang-orang bertipe dominance. Orang dengan kepribadian
dominance akan focus pada pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan
orang-orang bertipe influence lebih senang berkomunikasi yang berhubungan diluar
pekerjaan, seperti dengan hobbies, keluarga, aktifitas, dan sebagainya.
Karena lebih senang berkomunikasi diluar
pekerjaan, orang-orang dengan kepribadian influence saat diajak berdiskusi
untuk mengambil keputusan, sering kali diskusi nya tidak focus pada bahan
diskusi. Ingat mereka lebih senang berdiskusi bukan pekerjaan.
Akibatnya saat waktu untuk berdiskusi
memutuskan sesuatu hampir habis, dan mereka harus memutuskan sesuatu,
terjebaklah mereka dalam jebakan pengambilan keputusan bernama “Hastiness”
atau terburu-buru.
Tentu saja jika masuk dalam jebakan pastinya
harus mau berhadapan dengan konsekuensi yang akan diterima.
Orang yang terjebak dalam jebakan “Hastiness” akan beresiko salah dalam
mengambil keputusan. Bisa jadi data atau informasi belum akurat atau komplit
dan tidak memperhatikan detail efek dari keputusan yang diambil.
Dan bisa jadi karena keterburuan mengambil
keputusan, malah menimbulkan lebih banyak masalah. Bukannya menyelesaikan masalah
namun menambah lebih banyak masalah.
Lihat saja pengalaman kita sendiri, seberapa
sering kita mengambil keputusan yang dilakukan secara terburu-buru? Apa dampak
yang Anda rasakan? Bisa jadi keputusan kecil yang Anda ambil hanya menimbulkan
masalah yang lebih besar.
Bahkan ada sebuah quote menarik “Berfikir akan
lebih clear, saat tidak dilakukan
dengan terburu-buru. Keterburu-buruan adalah bentuk kebutaan”
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment