“Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali
medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran” (Sun Tzu)
Begitulah nasehat seorang jenderal besar Sun Tzu, seorang jenderal
besar Cina yang selama hidupnya tidak pernah terkalahkan dalam peperangan.
Nasehat ini begitu sederhana namun sebenarnya bisa dijewantahkan
kedalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam pengambilan keputusan.
Perjalanan memenangkan pertempuran pengambilan
keputusan ini dimulai dari mengenali diri sendiri, kemudian musuh dan diakhiri
medan tempur.
“Who am i?” begitu seringkali kali pertanyaan
dalam diri kita muncul. Ahli-ahli psikologi telah mencoba merumuskan kepribadian
seseorang. Salah satu model kepribadian yang dikembangkan William
Moulton Marston disingkat dengan DISC. Huruf D adalah singkatan dari
kepribadian Dominance. I singkatan dari Influence, S kepanjangan dari Steadiness,
dan C kepanjangan dari Compliance.
Tiap tipikal kepribadian memiliki kecenderungan
dalam mengambil keputusan. Di artikel ini, kepribadian Dominance yang kita
bahas terlebih dahulu.
Orang-orang dengan tipikal kepribadian
Dominance atau sering juga dikenal dengan kepribadian Kholeris, secara sederhana dapat digambarkan sebagai orang-orang yang memiliki
kecenderungan “Task Oriented” dan “Extrovert”. Dengan kecenderungan task oriented membuat hidupnya memiliki
fokus adalah mengejar hasil.
Kecenderungannya ditambah dengan kecenderungan
extrovert. Dengan kecenderungannya ini, maka seorang berkepribadian dominance
sangat senang berkomunikasi langsung dengan orang.
Jika kedua kecenderungan ini digabungkan maka
yang perilaku yang terlihat adalah orang nya terlihat tegas, orientasi nya
adalah hasil, yang kadang-kala melupakan proses. Dan sering kali, orang-orang dengan
kepribadian dominance dilabeli orang yang berkata “tanpa saringan”. Laksana
semua yang diomongkan tidak difilter terlebih dahulu, yang terpenting adalah
hasil akhir nya.
Apapun kepribadiannya, setiap kepribadian
memiliki kecenderungan untuk terjebak pada jebakan pengambilan keputusan.
Begitu juga dengan orang-orang berkepribadian
dominance. Perhatikan ciri-ciri orang berkepribadian dominance diatas, focus pada
hasil dan cenderung mengabaikan proses.
Di artikel sebelumnya, saya sempat menulis
bahwa decision making yang effective ditandai dengan input yang benar-process
yang benar-output yang benar. Input dalam pengambilan keputusan adalah
informasi. Process dalam pengambilan keputusan berupa pelibatan stakeholder,
dan output yang benar adalah sesuai dengan yang diharapkan.
Jika orang-orang berkepribadian dominance
cenderung mengabaikan process maka potensi orang-orang berkepribadian dominance
dalam pengambilan keputusan adalah tidak melibatkan stakeholder dalam
pengambilan keputusan. Atau jika dibahasakan maka orang denga kepribadian
dominance akan cenderung terjebak dalam jebakan “Going Solo” atau mengambil keputusan sendiri.
Jebakan “Going Solo” tentunya memiliki resiko
yang harus ditanggung. Resiko yang sangat terlihat adalah dicap sebagai
orang-orang yang otoriter. Selalu mengambil keputusan sendiri tanpa pernah
melibatkan stakeholder untuk berbagi pendapat.
Resiko lain yang bisa diterima oleh orang-orang
yang terjebak dalam jebakan “Going Solo” adalah tidak munculnya komitment para
pelaku keputusan. Keputusan yang diambil melalui pelibatan stakeholder tentunya
memiliki komitment yang lebih tinggi untuk dilaksanakan dibandingkan dengan
keputusan yang direktif dari atas.
Dan resiko berikutnya adalah kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan keputusan yang lebih baik. Bukahkan kepala dua
orang lebih baik dari pada pikiran satu orang yang bersinergi?
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment