Jika Anda bukan seorang dominance yang punya kecenderungan going solo atau memutuskan sendiri dalam mengambil keputusan. Dan
Anda juga bukan seorang influence
yang punya kecenderungan hastiness
atau terburu-buru dalam mengambil keputusan. Dan Anda juga bikan seorang steadiness yang punya kecenderungan decision dodging atau menghindar dalam
mengambil keputusan. Maka bisa jadi kepribadian Anda adalah compliance.
Compliance adalah
kepanjangan dari C pada tipikal kepribadian DISC yang yang dikenalkan William
Moulton Marston. Kepribadian compliance
memiliki kesamaan kecenderungan dengan kepribadian steadiness dalam hal kecenderungan “introvert”. Dan memiliki
kesamaan kecenderungan “task oriented” dengan kepribadian dominance. Dengan kata lain kepribadian
compliance memiliki dua kecenderungan berupa “Task Oriented” dan “Introvert”.
Dengan kecenderungan introvert nya, orang-orang compliance
memiliki kelebihan dalam interpersonal skill. Mereka mampu memahami diri nya
lebih baik ketimbang menjalin hubungan intrapersonal. Mereka lebih senang
melakukan dialog internal untuk mengekplorasi kelebihannya.
Berbeda dengan orang-orang dominance yang lebih senang melihat hal besar karena kecenderungan estrovert nya. Orang compliance dengan kecenderungan introvert memiliki kelebihan dan
kecenderungan untuk melihat hal-hal detail yang membuatnya terlihat sebagai
seorang keperfeksionis. Karena kecenderungan introvert nya juga, mereka akan memperbaiki sendiri tanpa
mellibatkan orang lain jika melihat sesuatu yang dianggap tidak perfek
dimatanya.
Ciri khas perfeksinis sebagai hasil kombinasi task oriented dan introvert tidak berarti orang compliance
terlepas dari jebakan pengambilan keputusan. Sifat perfeksionis orang compliance membawa mereka cenderung
terjebak dalam pengambilan keputusan bernama “Analysis Paralysis” atau
tenggelam dalam analisa.
Mereka akan sangat suka untuk menganalisa suatu
masalah hingga tenggelam dalam analisa. Mereka hanya akan berhenti untuk
menganalisa suatu masalah saat merasa keputusan yang dibuat telah sempurna.
Menariknya, karena kecenderungan introvert nya, mereka hanya akan
menganalisa masalah tanpa melibatkan orang lain. Mereka lebih senang untuk
mengekplorasi solusi dari dalam dirinya. Padahal dua kepala yang bersinergi
lebih baik dari pada satu kepala bukan? Karena perlu menelaah dan tidak
melibatkan orang lain, akibatnya keputusan yang dibuat pun memerlukan waktu
lama.
Seperti jebakan pengambilan keputusan lain,
orang-orang yang terjebak dalam jebakan pengambilan keputusan analysis paralysis juga akan menerima
resiko yang tidak mengenakan. Resiko pertama yang akan ditanggung berupa
terlambatnya proses. Karena orang lain menunggu orang compliance mengambil keputusan, akhirnya proses selanjutnya pun
terhambat untuk dikerjakan. Ujung-ujungnya moment
terbaik dan peluang terbaik pun bisa jadi juga akan hilang.
Resiko kedua yang juga bakal ditanggung adalah
masalah image. Orang yang cenderung selalu terjebak dalam jebakan analysis paralysis akan mendapatkan
image sebagai seorang peragu dan tidak yakin. Bayangkan jika image itu
diberikan anak nya kepada orang tua nya. Atau bayangkan jika image itu
diberikan anggota team kepada atasannya. Akibatnya, kepercayaan orang pun akan
cenderung menurun kepada orang-orang yang cenderung terjebak dengan analysis paralysis. Dan kalau sudah
masalah kepercayaan ujung-ujung nya akan berdampak panjang.
Berkah
selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment