Saturday, December 20, 2014

Compliance to Analysis Paralysis




Jika Anda bukan seorang dominance yang punya kecenderungan going solo atau memutuskan sendiri dalam mengambil keputusan. Dan Anda juga bukan seorang influence yang punya kecenderungan hastiness atau terburu-buru dalam mengambil keputusan. Dan Anda juga bikan seorang steadiness yang punya kecenderungan decision dodging atau menghindar dalam mengambil keputusan. Maka bisa jadi kepribadian Anda adalah compliance.

Compliance adalah kepanjangan dari C pada tipikal kepribadian DISC yang yang dikenalkan William Moulton Marston. Kepribadian compliance memiliki kesamaan kecenderungan dengan kepribadian steadiness dalam hal kecenderungan “introvert”. Dan memiliki kesamaan kecenderungan “task oriented” dengan kepribadian dominance. Dengan kata lain kepribadian compliance memiliki dua kecenderungan berupa “Task Oriented” dan “Introvert”.

Dengan kecenderungan introvert nya, orang-orang compliance memiliki kelebihan dalam interpersonal skill. Mereka mampu memahami diri nya lebih baik ketimbang menjalin hubungan intrapersonal. Mereka lebih senang melakukan dialog internal untuk mengekplorasi kelebihannya.

Berbeda dengan orang-orang dominance yang lebih senang melihat hal besar karena kecenderungan estrovert nya. Orang compliance dengan kecenderungan introvert memiliki kelebihan dan kecenderungan untuk melihat hal-hal detail yang membuatnya terlihat sebagai seorang keperfeksionis. Karena kecenderungan introvert nya juga, mereka akan memperbaiki sendiri tanpa mellibatkan orang lain jika melihat sesuatu yang dianggap tidak perfek dimatanya.

Ciri khas perfeksinis sebagai hasil kombinasi task oriented dan introvert tidak berarti orang compliance terlepas dari jebakan pengambilan keputusan. Sifat perfeksionis orang compliance membawa mereka cenderung terjebak dalam pengambilan keputusan bernama “Analysis Paralysis” atau tenggelam dalam analisa.

Mereka akan sangat suka untuk menganalisa suatu masalah hingga tenggelam dalam analisa. Mereka hanya akan berhenti untuk menganalisa suatu masalah saat merasa keputusan yang dibuat telah sempurna.

Menariknya, karena kecenderungan introvert nya, mereka hanya akan menganalisa masalah tanpa melibatkan orang lain. Mereka lebih senang untuk mengekplorasi solusi dari dalam dirinya. Padahal dua kepala yang bersinergi lebih baik dari pada satu kepala bukan? Karena perlu menelaah dan tidak melibatkan orang lain, akibatnya keputusan yang dibuat pun memerlukan waktu lama.

Seperti jebakan pengambilan keputusan lain, orang-orang yang terjebak dalam jebakan pengambilan keputusan analysis paralysis juga akan menerima resiko yang tidak mengenakan. Resiko pertama yang akan ditanggung berupa terlambatnya proses. Karena orang lain menunggu orang compliance mengambil keputusan, akhirnya proses selanjutnya pun terhambat untuk dikerjakan. Ujung-ujungnya moment terbaik dan peluang terbaik pun bisa jadi juga akan hilang.

Resiko kedua yang juga bakal ditanggung adalah masalah image. Orang yang cenderung selalu terjebak dalam jebakan analysis paralysis akan mendapatkan image sebagai seorang peragu dan tidak yakin. Bayangkan jika image itu diberikan anak nya kepada orang tua nya. Atau bayangkan jika image itu diberikan anggota team kepada atasannya. Akibatnya, kepercayaan orang pun akan cenderung menurun kepada orang-orang yang cenderung terjebak dengan analysis paralysis. Dan kalau sudah masalah kepercayaan ujung-ujung nya akan berdampak panjang.

Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment