Selain kecenderungan
terjebak jebakan going solo yang dipengaruhi
kecenderungan kepribadian Dominance, dan
kecenderungan terjebak dalam jebakan hastiness
bagi para Influence, kedua jebakan
tersebut juga bisa saja dialami oleh tipikal kepribadian lain. Penyebabnya
adalah kondisi medan pertempuran. Jebakan pengambilan keputusan going solo dan hastiness sering kali muncul saat ada tekanan waktu.
Memang
kadang kala, sebagai pejuang pengambilan keputusan bertemu dengan moment-moment yang membuat mereka harus
segera membuat keputusan. Pendeknya waktu yang diberikan untuk mengambil
keputusan membuat para pejuang pengambilan keputusan akhirnya harus terjebak
dengan jebakan going solo dan hastiness.
Karena
terbatasnya waktu yang diberikan membuat para Compliance mengorbakan perfeksionis
yang mereka miliki. Dan karena keterbatasan waktu, para Steadiness mengorbakan kecintaan mereka akan kedamaian. Dan
akhirnya para Compiance dan Steadiness pun terjebak dalam jebakan going solo atau hastiness.
Contohnya
saja, Anda adalah seorang pengusaha yang mendapatkan peluang usaha dari rekan
Anda. Saat memberikan peluang usaha, teman Anda berkata, “besok saya tunggu
keputusannya mau joint atau tidak nya ya. Karena ada juga teman yang juga
tertarik. Karena kamu sahabat terbaik, ya saya tawarkan kamu dulu”
Anda
diberiakn waktu hanya satu hari untuk memutuskan, Anda akan mengambil peluang
usaha tersebut atau tidak. Otak Anda pun bekerja saling menimbang, jika tidak
diambil akan kehilangan peluang mendapatkan untung yang besar. Jika diambil,
Anda perlu menanamkan modal yang cukup besar, dan bisa jadi Anda akan
kehilangan modal yang ditanam saat merugi.
Karena
waktunya yang sangat terbatas, ada saja orang yang terjebak dalam jebakan
pengambilan keputusan hastiness.
Mereka terburu-buru untuk mengiyakan atau menolak peluang yang diberikan oleh
temannya. Mereka lupa untuk mengumpulkan data dan informasi lebih detail.
Layaknya berjudi dengan keputusan yang dibuat, mereka bisa jadi malah
kehilangan modal yang ditanamkan.
Selain
terjebak dalam jebakan hastiness, ada
juga orang yang terjebak dalam jebakan going
solo. Mereka tidak mencoba melibatkan stakeholder
yang akan terkena dampak dari keputusan yang diambil. Alasannya karena sudah
tidak ada waktu untuk melibatkan para stakeholder.
Padahal
jika diberi waktu yang cukup, bisa saja mereka melibatkan konsultan
entrepreneur untuk melihat memang berpotensi atau tidak peluang yang
ditawarkan. Atau melibatkan istri dan keluarga, yang bisa jadi punya pemikiran
sudut pandang yang bisa menguatkan pilihan yang akan diambil.
Sayangnya
karena keterbatasan waktu, mau tidak mau keputusan harus segera dibuat,
akhirnya intuisi yang bermain. “Biarkan saya memutuskan sendiri dengan kekuatan
intuisi yang saya miliki” begitu kira-kira yang akan diucapkan dan terpikir
oleh orang-orang yang terjebak dalam kesempitan waktu.
Karena
keputusan kadang kala memang harus diambil tekanan waktu trus apa yang perlu
dilakukan? Hanya ada satu jawabannya saja, berlatih - berlatih dan berlatih
mengambil keputusan.
Perhatikan
gambar diatas, otak manusia terbentuk dari sel-sel otak yang saling dihubungkan
oleh jaringan myelin. Bentuknya
seperti akar pohon yang saling berurai.
Layaknya
otot yang dilatih dengan angkat berat, otot akan semakin menebal dan menguat, begitu juga dengan myelin. Orang yang sering melatih
kemampuan berfikir untuk mengambil keputusan ibaratnya sedang melatih myelin untuk semakin menebal dan menguat.
Perhatikan myelin yang berwana
kuning, begitulah bentuk myelin yang
menebal dan menguat.
Semakin
tebal lapisan warna kuning nya akan semakin baik. Ketebalan lapisan myelin
tersebut adalah indikasi keahlian kita dalam melakuka sesuatu, termasuk juga
keahlian dalam mengambil keputusan. Semakin tebal lapisannya semakin ahli orang
tersebut.
No comments:
Post a Comment