Friday, March 20, 2015

Maleficent dan Sleeping Beauty

 
Bagi para pecinta film, pasti familiar dengan film Maleficent. Kalau Anda tidak familiar dengan Maleficent, mungkin Anda familiar dengan cerita Sleeping Beauty. Nah film ini bercerita tentang kejadian sebelum Sang Penyihir mengutuk Sleeping Beauty untuk tertidur selamanya. Dibintangi oleh Angelina Jolie, membuat film ini begitu menarik untuk ditonton.
Kalau Anda mengingat cerita Sleeping Beauty, siapa orang jahat yang ada di cerita tadi? Yes, penyihirnya lah yang jahat. Bahkan sosok penyihir digambarkan dengan mengeringkan
 
Film Maleficent seakan memutar balik persepsi kita terhadap siapa sebenarnya yang menjadi orang jahat. Menceritakan kejadian sebelum Sang Penyihir mengutuk Sleeping Beauty, Maleficent yang seorang penyihir saling jatuh cinta dengan seorang pangeran (bapaknya Sleeping Beauty saat masih muda dan jomblo). Sayangnya, Sang Pangeran berkhianat pada Maleficent. Bahkan, sampai memotong sayap Maleficent. Hingga membuat Maleficent menjadi marah dan ingin membalas sakit hatinya melalui kutukan pada Sleeping Beauty.
 
Kalau melihat sebab kemarahannya Sang Penyihir hingga mengutuk Sleeping Beauty, menurut Anda siapakah sekarang yang jahat?
 
Cerita sejenis Maleficent yang memutar balik apa yang sudah kita percayai tentang siapa yang jahat sebenarnya mulai banyak bermunculan. Sebut saja, jika cerita zaman dahulu seperti The Loard of The Ring menggambarkan Naga sebagai mahluk yang buas. Cerita tentang Eragon malah menggambarkan yang sebaliknya. Begitu juga dengan film How To Train Your Dragon.
 
Ada lagi, kisah Hansel dan Gretel. Jika kita ingat cerita saat kita kecil, tokoh jahat pada cerita itu adalah Sang Ibu. Persepsi kita pun diputar balik dengan film terbaru Hansel dan Gretel yang ternyata ibunya adalah seorang Penyihir putih yang berusaha menyelamatkan mereka berdua dari kejaran penyihir jahat.
 
Begitu juga dengan cerita tentang Manusia Srigala dan Drakula. Dulu dua mahluk ini digambarkan sebagai dua sosok jahat. Lagi lagi persepsi kita diputar balik dengan film Twilight.
 
Ada trend apa ini sebenarnya?
 
Saya melihatnya sebagai semakin dewasa nya kita untuk melihat tidak hanya dari satu sudut saja. Karena memang bisa jadi apa yg kita anggap tidak baik, sebenarnya baik. Sebaliknya apa yg kita anggap baik bisa jadi sebenarnya tidak baik.
 
Kalau bahasa orang NLP, "Your Map Is Not Your Territory", kejadian yang kita tangkap dihakimi oleh filter ketidaksadaran. Ada orang yang berniat berbuat baik pada kita, namun karena kita pernah punya pengalaman buruk dengan orang tersebut. Niat baik nya difilter oleh ketidaksadaran kita dan diterjemahkan sebagai "ah pasti ada udang dibalik batu".
 
Padahal kedewasaan kita bukan ditandai dari seberapa tua usia kita, namun dari Behavior Flexibility atau kemampuan melihat sebuah kejadian dari sudut yang beraneka ragam. Semakin dewasa seseorang akan mampu melihat sebuah kejadian bukan hanya sebagai tantangan, namun di saat yang bersamaan melihat kejadian yang sama sebagai peluang. Semakin dewasa seseorang akan melihat orang lain secara lebih proposional, bukan hanya melihat keburukan namun juga bisa melihat kebaikan.
 
Benar jika Nabi tercinta kita akhirnya berkata "cintailah seseorang sekedarnya saja. Karena bisa jadi yang kamu cintai tidak sebaik yang kamu sangka. Dan bencilah orang sekenanya saja. Karena bisa jadi orang yang kamu benci tidak sejahat yang kamu kira".
 
Yuk semakin dewasa dengan berperilaku Behavior Flexibility, dan temukan manfaat luar biasa nya.
 
Berkah Selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment