Apa
yang ada dalam benak Anda, saat ada orang yang mengulurkan tangan? Saya yakin
dalam benak Anda, orang yang mengulurkan tangan berarti mengajak Anda salaman.
Betul tidak? Bagaimana saat ada orang yang menganggukan kepala kepada Anda, apa
reaksi alami Anda? Saya yakin jika Anda normal reaksi alami Anda adalah
membalas anggukan kepala.
Padahal,
saat orang mengulurkan tangan belum tentu dia mengajak salaman. Bisa jadi,
orang menggulurkan tangan untuk mengambil sesuatu di depannya. Coba periksa
pengalaman kita, pernah gak kita “kecelek”
saat orang mengulurkan tangan, dan secara spontan Anda menyalami orang tadi.
Padahal orang tadi mau mengambil sesuatu di depannya, pernah kah Anda mengalami
peristiwa canggung seperti ini? Kenapa kita seperti dihipnotis untuk membalas salaman tadi?
Begitu
juga dengan peristiwa orang yang menganggukan kepala tadi, bisa jadi dia
menganggukan kepala bukan pada Anda. Namun dia sedang meregangkan kepalanya
yang kaku. Kenapa Anda secara reflek dan sok kenal membalas anggukan kepala tadi? Kenapa kita seperti dihipnotis untuk membalas anggukan kepala tadi?
Saat
Anda melakukan kedua hal tadi, sebenarnya bukan logika Anda lagi yang
menggerakan tangan dan kepala Anda. Alam bawah tak sadar Anda yang mengambil
alih logika. Kok bisa? Begitulah alam bawah sadar kita, saat kita mengerjakan
segala sesuatu secara terus menerus informasi tersebut masuk dalam alam bawah
sadar kita. Hingga secara otomatis, tanpa dipikir saat kita menghadapi situasi
sama seperti yang diulang-ulang tadi, respon kita pun sama.
Menariknya,
dari informasi-informasi yang kita peroleh semenjak kita kecil berkumpul dalam
alam bawah tak sadar kita. Hingga 88% tindakan kita sebenarnya dipengaruhi oleh
alam bawah tak sadar. Contohnya saja, saat kita ahli mengendarai motor, tanpa
berfikir yang mana gas, yang mana rem, dll, kita bisa mengendarai motor.
Kemampuan mengendari motor itu diatur oleh alam bawah tak sadar. Bandingkan
dengan saat pertama kali berlatih mengendarai motor, saya jamin saat itu Anda
akan berfikir mana rem, mana gas, bagaimana cara belok, bagaimana cara memberi
klakson, dll.
Karena
88% tindakan manusia dipengaruhi oleh alam bawah tak sadar, dalam bernegosiasi
pun orang bisa memanfaatkan alam bawah tak sadar. Sehingga kadang kala untuk
memenangkan negosiasi tidak lagi membutuhkan alasan logis atau dicatatan
sebelumnya saya menyebutnya sebagai “apa untungnya bagi saya?” atau pain point.
Mungkin
Anda pernah punya pengalaman saat bernegosiasi, Anda sudah memberikan
berjuta-juta rayuan pain point, namun
mitra negosiasi Anda tidak luluh untuk mengikuti Anda. Bisa jadi jawabannya
adalah perilaku dan logikanya sudah dibajak oleh alam bawah tak sadar.
Bentuk
pembajakannya bisa beraneka ragam, bisa jadi orang yang Anda ajak bernegosiasi
pernah punya pengalaman tidak mengenakan dengan orang yang mirip dengan Anda.
Sehingga saat melihat Anda, logikanya langsung dibajak oleh alam bawah tak
sadar, “heh tak-otak, dulu kamu pernah ditipu sama orang yang wajahnya mirip
dengan orang ini lo. Hati-hati jangan-jangan dia juga penipu”.
Pembajakan
lain yang dilakukan alam bawah tak sadar bisa berbentuk suku. Contohnya saat
Anda sudah berbuih-buih menyampaikan pain
point kok gak deal-deal, bisa jadi logika mitra negosiasi Anda sudah
dibajak alam bawah tak sadar. “Eh otak, hati-hati lo, ni orang yang ngajak kamu
negosiasi orang Batak. Inget Batak itu singkatannya Banyak Taktik.
Jangan-jangan dia ngomong A tapi yang dimau sebenarnya B”.
Seperti
mata uang, bisa jadi juga pembajakan oleh otak tadi sifatnya membantu Anda
dalam bernegosiasi. Dengan contoh yang sama, wajah dan orang Batak, bisa jadi
proses negosiasi Anda berjalan dengan sukses. Bisa jadi orang yang Anda ajak
negosiasi punya pengalaman baik yang tersimpan dalam alam bawah sadarnya
tentang orang Batak dan orang yang punya wajah mirip dengan Anda. Sehingga alam
bawah sadarnya akan berkata “eh tak – otak, ni orang Batak ni, orang nya
pandai, apalagi dulu kita sudah pernah kerjasama dengan orang yang wajahnya
mirip dengan dia. Udah percaya aja sama dia”.
Karena
kita tidak tahu alam bawah sadarnya seseorang, memang menjadi challenging akhirnya untuk bernegosiasi
dengan orang lain. Walaupun begitu sebenarnya ada hal yang bisa kita control. Alih-alih mengontrol alam bawah
sadarnya orang lain yang tentu saja kita tidak bisa, kenapa kita tidak
mengontrol perilaku kita untuk menanamkan informasi tentang kita di alam bawah
tak sadar mitra negosiasi kita.
Inilah
yang kemudian disebut sebagai tabungan emosi, Anda bisa mempelajari apa itu
tabungan emosi di catatan saya berjudul Pembajakan dan Tabungan Emosi. Sederhananya saat Anda diingat oleh
alam bawah tak sadar mitra negosiasi kita sebagai orang yang baik, maka proses
negosiasi yang akan kita lakukan akan cenderung lebih mudah. Sebaliknya saat
Anda diingat oleh alam bawah tak sadar mitra negosiasi kita sebagai orang yang
bermasalah, maka proses negosiasi cenderung lebih susah.
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment