Masih
ingat kan tentang catatan saya berjudul Memenangkan Negosiasi : Psychology Need, di catatan tadi, saya
berjanji untuk memperdalam bahasan Psychology
Need yang dibutuhkan oleh mitra negosiasi kita. Psychology Need ini dibutuhkan untuk mengambil hati mitra
negosiator dan menumbuhkan rasa ingin atau want.
Tentunya teman-teman masih ingat perbedaan need
(butuh) dan want (ingin), teman-teman
bisa membuka lagi catatan Memenangkan Negosiasi : Butuh itu Logika – Ingin ituHati.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan Development
Dimension International menemukan bahwa setiap manusia membutuhkan lima
kebutuhan psikologis berupa Esteem –
Empathy – Involvement – Share – Support. Yuk kita pertajam satu - satu,
saya akan memulai dari esteem atau
harga diri terlebih dahulu.
Coba
kita berefleksi terhadap diri kita sendiri, “menurut Anda harga diri itu
penting atau tidak?”
Saya
bisa pastikan semua orang akan menjawab “tentu saja penting”. Bagi yang tidak
menjawab penting, coba kita refleksi lebih dalam. Kenapa Anda menggunakan baju
yang nyaman dan bagus? Saat Anda ingin dilihat cantik atau gagah dihadapan
orang lain, maka sebenarnya Anda sedang berbicara tentang harga diri. Kenapa
Anda berbicara dengan memperhatikan intonasi, gesture? Jika jawabannya supaya
terlihat berwibawa maka sebenarnya kita berbicara tentang harga diri. Atau jika
Anda bekerja dan menghasilkan hasil yang bagus, namun atasan Anda memberi
pujian saja tidak malah memberikan celaan. Bagaimana perasaan Anda? Jika Anda
merasa tidak nyaman maka sebenarnya kita sedang berbicara harga diri.
Artinya
hampir semua yang kita lakukan, secara sadar atau tidak sadar selalu
berhubungan dengan harga diri atau esteem.
Dan kecenderungan insaniah manusia memang menginginkan untuk dihargai. Bahkan
peperangan, perkelahian yang terjadi di dunia ini terjadi karena masalah harga
diri, tidak terima untuk diremehkan.
Logika
ini juga berlaku untuk urusan negosiasi, mitra negosiasi kita butuh untuk
dihargai. Ketiadaan atau kelupaan memberikan harga diri pada mitra negosiasi
yang terjadi adalah peperangan atau perkelahian. Tujuan Anda untuk bernegosiasi
pun tidak tercapai. Coba kita berefleksi, menurut Anda apa yang terjadi jika
secara terbuka Anda menyalah-nyalahkan sudut pandangnya, atau bahkan
membodoh-bodohkan mitra negosiasi? Bukankah yang terjadi perang dunia ketiga
Semakin
masuk akal bukan? Nah sekarang pertanyaannya bagaimana cara kita menghargai
mitra negosiasi kita?
Coopersmith
di tahun 1967 menjelaskan secara sederhana bahwa harga diri dapat dijelaskan
secara sederhana dengan tiga hal :
Pertama Berharga
Jika
Anda memiliki intan permata apa yang akan Anda lakukan? Tentunya Anda akan
menjaga intan permata itu secara istemewa bukan. Nah sekarang bagaimana jika
dihadapan Anda ada intan permata seberat 75 kg? Apakah Anda ingin ingin
memiliki intan permata itu? Bagi orang-orang yang masih normal, tentunya ingin
memiliki intan permata itu. Minimal Anda akan mengagumi dan tidak ingin merusak
intan permata tadi.
Kabar
baiknya intan permata itu adalah mitra negosiasi Anda. Bayangkan setiap kali
Anda bernegosiasi, mitra negosiasi Anda adalah sebuah intan permata seberat 75
kg, dan perlakukan intan permata itu secara istimewa.
Saat
Anda bernegosiasi bisa jadi mitra negosiasi Anda bukanlah orang yang Anda
harapkan untuk bernegosiasi, tidak selevel dengan Anda. Dialog imajiner terjadi
di kepala Anda “nih orang gak bisa memberikan keputusan, kenapa musti
bernegosiasi dengan dia”. Akhirnya Anda memutuskan mitra negosiasi di depan
Anda bukanlah intan permata, mitra negosiasi Anda hanyalah perunggu yang tidak
berharga. Anda pun tidak memperlakukan mitra negosiasi Anda hanya sekedar
perunggu.
Ternyata,
mitra negosiasi yang Anda anggap perunggu memiliki dua value, pulling (menarik)
dan pushing (mendorong). Mitra
negosiasi Anda sakit hati dan saat terjadi negosiasi dengan orang yang
mengambil keputusan, bukannya membantu pulling
(menarik) pengambil keputusan ke sudut pandang Anda. Dan tidak membantu pushing (mendorong) pengambil keputusan
kea rah sudut pandang Anda. Siapa yang rugi sekarang?
Kedua Mampu
“Oke
saya sudah membayangkan dan memperlakukan mitra negosiasi saya layaknya sebuah
intan permata, apa lagi yang bisa saya lakukan agar mitra negosiasi saya merasa
dihargai”.
Kembali
ke cerita mitra negosiasi yang dianggap sebagai perunggu, karena tidak bisa
mengambil keputusan. Kalau dibuat lebih kasar, bahasa bisa menjadi, “dasar
bodoh, gak punya kuasa untuk memutuskan saja sok mau berunding”. Bagaimana jika
kata-kata tersebut diucapkan kepada Anda? Tentu saja rasanya sakit bukan?
Penghargaan
atas kemampuan mitra negosiasi juga bisa dilakukan dengan menganggap sudut
pandang yang dimiliki mitra negosiasi adalah benar dari sisinya. Masih ingat
catatan saya Memenangkan Negosiasi : Membenarkan, di catatan tersebut saya
membahas tentang sudut pandang mitra negosiasi.
Walaupun
Anda menganggap mitra negosiasi Anda tidak punya kemampuan dalam mengambil
keputusan, atau pun mitra negosiasi Anda tidak punya kemampuan untuk
menganalisa dari sudut pandang Anda, Anda perlu ingat mitra negosiasi punya
kemampuan untuk memberikan dua value, pulling
(menarik) dan pushing (mendorong) value. Sekilas sudah saya bahas mitra
negosiasi Anda bisa jadi membantu untuk menarik dan mendorong pengambil
keputusan ke sudut pandang Anda.
Mitra
negosiasi Anda punya kemampuan untuk pulling
(menarik) dan pushing Anda pada mitra
negosiasi Anda berikutnya. Suatu ketika Anda bisa jadi bernegosiasi dengan
orang lain, dan bisa jadi orang yang pernah Anda ajak negosiasi memberi
informasi kepada orang yang Anda ajak negosiasi. “Eh si Badu itu orang nya
baik, percaya aja yang dia katakana”. Rekomendasi ini sedikit banyak akan
mengulik “ingin” nya mitra negosiasi yang baru, cinta pada pandangan pertamapun
bisa terjadi.
Ketiga Diterima
Bagaimana
dengan diterima, apa penghargaan seperti apa yang dimunculkan dengan diterima?
Paling
gampangnya adalah tidak menolak, sejalan dengan catatan saya di Memenangkan
Negosiasi : Membenarkan bukan? Dengan tidak menyalahkan sama saja artinya
dengan tidak menolak sudut pandangnya.
Diterima
berarti menerima kehadiran mitra negosiasi. Seperti penghargaan kita saat
menerima tamu, hati kita memang menerima bahwa dia mitra negosiasi, bukan lawan
negosiasi. Begitu juga secara fisik kita welcome
ke mitra negosiasi. Contoh sederhananya jika Anda bernegosiasi, kemudian mitra
negosiasi Anda sikap fisik nya saja sudah menunjukan tidak welcome terhadap Anda, apakah Anda merasa dihargai? Tentu saja
tidak bukan
Penghargaan
dengan diterima juga bisa berarti menerima kelebihan dan kekurangan mitra
negosiasi kita. Bisa jadi mitra negosiasi kita orang nya keras, maka kita butuh
menerima bahwa memang orang nya keras, bukan menyalahkan kenapa ni orang kok
keras, tidak bisa diajak kerjasama? Ya memang kelebihan kekuranganya seperti
itu, mau gimana lagi.
Sederhana
bukan terjemahan dari esteem atau
harga diri, yang pertama berharga, kedua bermanfaat dan yang ketiga diterima. Harus
diingat bahwa ketiga komponen tadi tidak bisa dilepaskan satu pun, ketiganya
harus ditunjukan dalam berperilaku saat bernegosiasi dengan mitra negosiasi.
Menerima mitra negosiasi kita tanpa memberikan rasa bahwa mereka berharga
pastinya nilai penghargaannya berasa ada yang kurang. Kita menerima secara
fisik, kelebihan dan kekurangannya kita terima, namun kita hanya mengganggap
orang yang datang adalah perak, bukannya intan seperti yang kita harapkan.
Berasa penghargaannya ada yang kurang bukan.
Berkah
selalu
N
Kuswandi