September 2013, Kelly Service
perusahaan konsultan multinasional mengeluarkan hasil survey Employee
Engagement and Retention dengan sample populasi sebanyak 120.000 orang
di 31 negara cross America, Eropa dan Asia Pasific. Secara global, Kelly
Service merilis tingkat happiness dari 31 negara tersebut sebesar 63%, dengan happiness tertinggi dialami oleh
employee di Asia Pasific sebesar 68%, dilanjutkan dengan Eropa sebesar 60%, dan
Amerika sebesar 63%. Kelly Service merilis, happiness
yang dialami oleh para employee 67%
dipengaruhi oleh direct manager berhubungan
dengan employee engagement. Selaras
dengan hasil survey Kelly Service, hasil engagement
survey yang dilakukan Dale Carnegie (2013) di Amerika merilis employee engagement dipengaruhi oleh
empat emosi positif yang salah satu emosi nya adalah inspired (employee are motivated by their leader). Agar tingkat happiness employee bisa terjaga, Kelly Service dengan
menggunakan teknik multiple respond
survey, employee mengharapkan
tiga hal besar kepada leader, yaitu
memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan diri (57%), memberikan kejelasan
tugas tanggungjawab dan goal
pekerjaan (46%), dan melakukan komunikasi terbuka (37%).
Di artikel sebelumnya kita sudah
berdiskusi cara meningkatkan pengembangkan anggota team dengan tool coaching.
Diartikel kali ini, kita akan mendiskusikan harapan ketiga employee kepada leader
nya untuk membawa happiness, yaitu
melakukan open communication. Banyak
pendekatan yang digunakan oleh para ahli untuk mendesign metode ataupun teknik
berkomunikasi yang baik. Neuro Lingustik Program adalah salah satu pendekatan
psikologi yang membahas communication.
Pendekatan Neuro Linguistik Program atau lebih dikenal dengan NLP mengenal tiga hal penting dalam berkomunikasi, yaitu rapport, sensory acuity, dan framing.
Rapport
didefinisikan sebagai jembatan untuk membangun konektivitas dengan lawan
bicara. Untuk membangun rapport dapat
dilakukan dengan proses Pacing –
Calibrating – Leading. Proses pacing
atau menyelaraskan dapat dilakukan dengan melakukan mirroring dan matching.
Seperti namanya mirroring berarti
menjadi cermin orang lain, sedangkan matching
berarti menirukan orang lain secara sama. Mirroing
dan matching bisa dilakukan secara
verbal maupun non verbal. Melakukan matching
secara verbal dilakukan dengan mencari sinonim kata dari point kalimat yang dilontarkan kawan bicara. Contoh nya, jika kawan
kita berbicara “saya tidak suka berisik”,
lihat point kalimat tersebut adalah berisik, maka jika kita membangun rapport dengan matching, Anda bisa membalas dengan “saya juga tidak suka suara keras”. Atau jika Anda
menggunakan mirroring, Anda bisa membalas dengan “Anda tidak suka suara
keras ya”. Sedangkan mirroring dan matching dengan non verbal bisa
dilakukan dengan mencocokan gesture,
intonasi, kedipan mata, respon-respon yang muncul.
Proses selanjutnya dalam
membangun rapport adalah melakukan calibrating. Proses ini dilakukan dengan
mencari moment untuk me leading communication. Moment ini dapat dapat Anda temukan saat
Anda melakukan gerakan tiba-tiba dan kawan bicara Anda mengikuti gerakan yang
sama dengan Anda. Agar Anda semakin yakin bahwa moment tersebut adalah moment
yang tepat untuk me leading communication,
Anda bisa mengulangi gerakan Anda sebanyak tiga kali. Jika dalam ketiga gerakan
tiba-tiba tersebut, ketiga nya diikuti oleh kawan bicara Anda maka Anda siap
untuk me leading communication.
Saat Anda me leading communication jangan lupa untuk memmemperhatikan
reaksi-reaksi tubuh kawan bicara. Karena rapport
sebenarnya tidak hanya dibangun saat awal komunikasi namun sampai akhir
komunikasi. Dengan memperhatikan visual,
auditory, kinesthetic, olfactory, dan gustatory yang dilakukan kawan
bicara, kita bisa merespon dengan bagus. Inilah yang disebut sebagai sensory acuity atau kemampuan
menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa
asumsi ataupun penilaian tertentu sebelumnya.
Tentunya sudut pandang kawan bicara kita tidak selulu sesuai
dengan sudut pandang yang kita yakini. Maka setelah membangun rapport, melakukan sensory acuity proses leading communication
dapat dilakukan dengan reframing atau
mengubah sudut pandang kawan bicara. Dalam NLP dikenal dua macam reframing, yang pertama context reframing atau mengubah frame atau sudut pandang seseorang
dengan merubah context yang ingin
kita sampaikan. Dan reframing kedua
disebut content reframing atau
mengubah frame atau sudut pandang
seseorang dengan merubah content yang
disampaikan. Merubah sudut pandang dengan context
reframing dilakukan dengan membandingkan keputusan satu dengan keputusan
yang lain. Sedangkan content reframing
adalah menyampaikan dan menekankan sisi-sisi positif atas keputusan yang
diambil
No comments:
Post a Comment